Yang Berbau Klasik Itu Lebih Asyik

Kata “Klasik” memang menggugah ke-ingintahu-an seseorang tentangnya. Bagaimana tidak, mobil BMW-nya presiden Soekarno di tahun 40, 50, dan 50 an pasti dicari-cari oleh penggila barang klasik. Begitu pula dengan motor Harley yang memiliki tahun 50 an. Vespa tahun 70 an juga dicari-cari. Kenapa? Karena yang berbau klasik itu lebih asyik, lebih elegan dan lebih mewah. Ini yang berhubungan dengan kebendaan.

Tapi bukan itu yang saya inginkan di tulisan ini. Saya akan berbicara tentang keilmuan; karena itu adalah bidang saya sebagai spesialis hukum syariat. Dan yang akan saya diskusikan adalah perbandingan antara karya-karya ulama klasik versus karya ulama mutaakhirin. Saya mengambil contoh karya-karya 300-400 tahun yang lalu. Dalam bidang fiqih atau ushul fiqih.

Di mana Sebuah pembahasan yang diungkapkan di dalam kitab klasik, isinya lebih menggigit daripada kitab yang disusun 700/800 tahun setelahnya. Ambil saja kajian naskah yang diuraikan dan dibabat habis oleh Al Syafii di dalam Risalah-nya, akan jauh berbeda dengan pemaparan periode mutaakhirin. Walaupun, sang mutaakhir mengaku sebagai pengikut madzhabnya.

Sebagai buktinya, kita temukan permasalahan naskh (penghapusan hukum), lebih khususnya adalah naskhul Qur’an bis Sunnah. Al Syafii memandang bahwa itu tidak mungkin. Karena tidak ada yang menyamai Al Quran kecuali Al Quran itu sendiri. Walaupun sekaliber Nabi Muhammad tidak akan menyamai maqom Al Quran. Karena setinggi apapun derajad beliau, pada akhirnya beliau adalah manusia. Sementara Al Quran adalah firman Allah. Tapi sayangnya, di kalangan Muta’akhirin menjawabnya dengan sebuah jawaban yang bisa ditebak. Yaitu dengan ayat:

وما ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى

“Tidaklah ia (Muhammad) mengucapkan atas hawa nafsu. Tidaklah ia adalah wahyu yang diwahyukan”

Dan ayat ini “diklaim” bahwa segala sesuatu yang datang dari Rasulullah adalah wahyu. Jika itu pandangan mereka, itu tidak menjadi masalah. Tapi, yang saya inginkan adalah bagaimana memahami ayat tersebut dengan benar.

Dengan menusuri sejarah nabi Muhammad, akan kita temukan kritik atas nabi Muhammad yang digaungkan oleh musuh-musuh nabi dari kalangan kuffar Quraisy. Tapi yang mereka ingkari, apakah perkataan dari Rasulullah ataukah Perkataan yang dibawa beliau? Tentu dapat kita ketahui bahwa yang mereka ingkari adalah yang dibawa oleh beliau. Dan yang dibawa oleh beliau adalah wahyu Allah yang terjelma di dalam Al Quran. Dengan kata lain, yang diingkari adalah Al Quran yang dibawa oleh Rasulullah. Karena mereka juga menyatakan: “kami tidak membohongkanmu, tapi kami membohongkan apa yang kau bawa”. Sehingga maksud dari ayat tersebut adalah Al Quran itu tidak berasal dari ucapan nabi sendiri akan tetapi Al Quran yang dibawa oleh beliau. Sehingga, beristidlal dan berargumentasi dengan ayat ini untuk menyanggah pandangan Al Syafii dalam permasalahan ini tidak pada tempatnya. Di samping itu, Aktifitas nabi dapat diklasifikasikan menjadi 6, atau 13 menurut versi Ibnu Asyur di dalam Maqosid Syariah-nya. Sehingga, tidak dapat dipastikan bahwa aktifitas dari Rasulullah tidak semuanya berdasarkan atas wahyu. Tapi, sebagian ada dan sebagian yang lain tidak berdasarkan atas wahyu. Sangat wajar jika As Syafii tidak menggunakan argumentasi ayat ini dalam kajian Naskh. Tapi beliau menggunakan banyak ayat yang diantaranya adalah ayat:

قل ما يكون لي أن أبدله من تلقاء نفسي

“Katakanlah (wahai Muhammad) tidaklah aku berhak untuk merubah Al Quran dari sisi diriku sendiri”

Ayat ini menyatakan secara jelas bahwa Nabi Muhammad tidak memiliki wewenang untuk merubah ayat (menghapus ayat) dari dirinya sendiri. Sehingga, Al Syafii menyimpulkan bahwa Al Quran tidak dapat dihapus dengan Sunnah. Begitulah pemaparan yang diuraikan secara detail di dalam Risalah Al Syafii. Jika dibandingkan dengan Literatur Ushul Fiqih versi Mutaakhirin. Pasti anda temukan perbedaan yang sangat menonjol antara kitab klasik dengan Mutaakhirin. Di mana kitab klasik sangat asyik dibandingkan dengan yang tidak klasik.

Cuplikan diskusinya dan kutipan kitabnya dapat anda nikmati di foto-foto kitab yang saya posting. Dan dapat dibandingkan metodologi penulisan masing-masinh. Silahkan. !!

Abdul Aziz Jazuli.

Serang, 25 Oktober 2017

Leave a Comment

Start typing and press Enter to search