Gregetan ketika membaca broadcast yang berjudul “Benarkah kalender islam tidak sampai 1500 ? Padahal Sekarang Sudah 1440 H”. Di sana mengutip beberapa pandangan ulama hadist terkait umur umat Islam. Seperti: Ibnu Hajar, As-Suyuthi dan Ibnu Rojab Al-Hambali. Tapi sayangnya, sang penulis artikel tersebut tidak menyebutkan nama kitab yang dikutip besera isi kutipannya. Sehingga, perlu untuk mengkajinya secara kritis dan mendalam agar kita tahu kebenaran informasi tersebut.
***
Pertama: kutipan dari Ibnu Rojab bahwa: “Umur umat Islam lebih dari 1400 H namun tdk sampai 1500 H” ternyata redaksinya tidak sama dengan yang saya temukan di dalam karyanya: “Fathul Bari Syarah Shohih Al-Bukhori”. Ia menyatakan:
لكن مدة الماضي من الدنيا إلى بعثة محمد – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، ومدة الباقي منها إلى يوم القيامة، لا يعلمه على الحقيقة إلا الله عز وجل، وما يذكر في ذلك فأنما هو ظنون لا تفيد علماً.
“Tapi masa yang telah dilewati dunia sampai diutusnya hari kiamat, dan sisa umur dunia dari pengutusan nabi Muhammad tiada yang mengetahui hakikatnya kecuali Allah swt. Dan (pembatasan-pembatasan) yang disebutkan hanyalah asumsi-asumsi yang tidak berupa keyakinan”
Sehingga kutipan ini dapat menggeser kebenaran informasi yang disebutkan bahwa umur umat ini lebih dari 1400 tahun dan kurang dari 1500. Karena Ibnu Rojab sendiri menyebutkan bahwa tiada yang mengetahui hakikatnya kecuali Allah swt.
Kedua: di dalam artikel yang dishare di medsos yang mengutip pandangan dari Ibnu Hajar al-Asqollani: “Umur umat Islam sampai 1476 H.” Redaksi ini tidak saya temukan di dalam karyanya: Fathul Bari. Jika anda menemukannya mohon diinformasikan kepada penulis. Tapi yang penulis temukan di kitab tersebut:
فالصواب الإعراض عن ذلك
“Pandangan yang benar adalah menahan diri dari itu semua”
Beliau tuliskan itu setelah mengkritisi pandangan-pandangan yang membatasi umur umat manusia di dunia ini. Dan pada akhirnya beliau tegaskan di dalam karyanya yang beliau susun selama 25 tahun itu alias Fathul Bari Syarah Shohih Bukhori bahwa kita hendaknya menahan diri dari penentuan kapan terjadinya kiamat? Atau kapan batasan umur dunia ini?. Pandangan Ibnu Hajar ini sudah ada sebelumnya, yang merupakan pandangan dari Ibnu Jarir At-Tobari.
Ketiga: kutipan yang dinisbatkan kepada As-Suyuthi bahwa: “Umur umat Islam sampai 1477 H”. Entah dari mana reverensinya, yang jelas As-Suyuti memiliki sebuah Risalah tentang masalah ini yang berjudul “Kasyful Ghummah ‘An Mujawazah Hadzihil Ummah” yang membahas kajian ini secara khusus. Dan sayangnya kitabnya masih berupa manuskrip dan dapat didownload di link berikut:
(http://www.al-mostafa.info/data/arabic/depot3/gap.php…)

Ia uraikan bahwasannya hadist:
قال رسول الله الدنيا سبعة أيام الآخرة قال الله تعالى {وإن يوما عند ربك كألف سنة مما تعدون} موضوع.
“Bersabda rasulullah saw: “Dunia adalah tujuh hari akhirat” Allah telah berfirman: “sesungguhnya satu hari menurut tuhanmu adalah seperti saribu tahun menurut hitungan kalian” dan berita ini adalah berita palsu (maudhu’)” [Al-La’ali Al-Mashnu’ah, As-Suyuthi, (2/368)].
As-suyuti menambahkan bahwa hadist tersebut memiliki syawahid (hadist-hadist penguat). Tapi, jika diteliti ternyata hadist yang disebutkan tak lebih dari hadist dho’if, dan sanad-sanad hadist mauquf yang menurutnya shohih. Dan pada akhirnya, syawahidnya walaupun shohih ia hanyalah hadist mauquf yang tidak dapat terangkat menjadi marfu’; karena bukan sabda Rasulullah tetapi hanya sebatas pandangan dan perkataan dari sahabat nabi, tidak lebih.
Sehingga dengan ini pula untuk menguatkan bahwa umur umat Islam hanya 1500 hanya mengada-ngada. Buktinya adalah kedua kutipan dari Ibnu Hajar Al-Asqollani dan Ibnu Rajab Al-Hambali yang diuraikan sebelumnya.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah di dalam “Al-Manarul Munif” menyebutkan: diantara tanda hadist palsu adalah bertentangan dengan keterangan yang jelas di dalam Al-Qur’an. Seperti: umur dunia bahwa “Dunia hanya memiliki umur 7000 tahun, dan kita berada di ribuan yang terakhir.” Ini adalah kebohongan yang sebohong-bohongnya; karena jika diterima kebenarannya maka semua orang akan mengetahui sisa dari umur dunia ini. [Al-Manarul Munif, Ibnul Qoyyim, hal 80]. Bukankan Allah berfirman !!
﴿يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُو﴾ [الأعراف: 187]
“Mereka bertanya tentang hari kiamat: kapan terjadinya? Katakanlah wahai Muhammad: yang mengetahuinya hanyalah Allah, tiada yang menjelaskannya kecuali Dia” [Al-A’rof: 187]
Ayat ini memberikan arahan bahwa hanyalah Allah yang mengetahui hakikat terjadinya kiamat dan kapan selesainya umur bumi hanya Allah yang tau. Dan dapat disimpulkan bahwa yang membatas-batasi kapan selesainya umur dunia ialah orang yang sok tau. Bukankah nabi Muhammad ketika ditanya oleh malaikat Jibril –dalam hadist Jibril- beliau menjawab: “Maal mas’ulu anha bi a’lama minas sa’il” (tidaklah yang ditanya lebih mengetahui daripada sang penanya?). Malaikat Jibril juga hanya menjelaskan tanda-tandanya saja, tanpa membatasi kapan terjadinya secara detail.
Wal hasil, -menurut pengamatan penulis- artikel yang dishare oleh penulisnya perlu mengkaji ulang hasil tulisannya. Harus kembali mengkaji tentang hadist-hadist maudhu’; karena hadist-hadist yang membahas tentang batasan umur dunia adalah hadist-hadist yang sudah dipastikan kepalsuannya, dan tidak boleh dipercayai. Sebagaimana pandangan para pakar hadist.
Oleh : Ust. Abdul Aziz Jazuli. Lc