Sarana Umrah – Kota Mekah yang di dalamnya terdapat bangunan yang sangat mulia, mulia di sisi Allah dan mulia di sisi manusia. Ialah Ka’bah.
Berangkat dari firman Allah:
{إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (96)} [آل عمران: 96]
“Sesungguhnya rumah yang pertama diletakkan untuk manusia ialah yang berada di kota Mekah yang penuh keberkahan, lagi petunjuk bagi semesta Alam” [Ali Imran: 96]
Tentunya ayat ini memberikan makna yang tersendiri, di mana penyebutan namanya mengandung makna yang luar biasa dalam, dan luas. Sehingga, sudah seharusnya kita mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung di dalam rahasia tersebut.
Nabi Ibrahim ialah nabi pertama yang berhubungan langsung dengan baitul haram, yaitu dengan menaikkan pondasi-pondasi Ka’bah dengan tangan beliau. Setelah Ka’bah hancur dan tertutup oleh tanah sebab banjir bandang yang terjadi pada masa Nabi Nuh as.
Ketika menyebutkan nama Nabi Ibrohim, maka tidak akan terlepas dengan kejadian luar biasa yang berupa pembangunan Ka’bah. Sehingga, secara tidak langsung ketika menyebutkan Ka’bah maka yang terbesit di dalam pikiran kita adalah Nabi Ibrahim yang membangun kembali Ka’bah.
Sebagaimana ketika menyebutkan Haji Wada’, maka yang terbesit adalah Nabi Muhammad saw yang mengajarkan bagaimanakah manasik Haji dan Umrah. Sebagaimana ketika kita menyebutkan Nabi Ibrahim, maka kita akan teringat dengan Millah-nya. Yaitu beliaulah yang menamakan kita sebagai umat muslimin. Sebagaimana di dalam ayat:
{مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ} [الحج: 78]
“Ialah Millah ayah kalian, yaitu Ibrahim, ialah yang menamakan kalian sebagai orang-orang muslim di masa sebelumnya” [Al-Hajj; 78]
Sehinggga, itu mengingatkan kita bahwa Nabi Ibrahim memiliki jasa yang besar bagi diri kita atas penamaan kita, dan jasa beliau yang menamakan kita sebagai orang Islam.
Allah menginginkan kita agar kita menghargai dan mengingat-ingat bahwa kita harus mendapatkan makna-makna yang terdapat di langirt, bahwa itu sesuai dengan gerakan-gerakan penduduk bumi. Orang-orang yang berputar mengelilingi Ka’bah untuk bertawaf secara langsung atau tidak langsung telah menyesuaikan terhadap makna-makna yang terdapat di langit, dalam artian dengan meninggalkan hawa nafsu dan keserakahan yang terdapat dalam diri manusia.
Bagaimana jika manusia lebih mendahulukan ego dan hawa nafsunya, dengan wujud ketika melaksanakan thawaf dia melawan arus, maka pasti ia telah melawan arus dan dia akan mendapatkan komlen dari orang lain, menyakiti dirinya sendiri dan menyakiti orang lain juga.
Karena dengan berkumpulnya orang-orang yang berthowaf, menyesuaikan arah thawaf yang dimulai dari hajar Aswad, maka perjalanan thawaf akan lancar. Berbeda dengan ketika seseorang melawan arus, maka ia akan menyakiti dirinya dan orang lain.
Allah swt memberikan berkah, rahmat, tanazzulat (makna-makna yang turun kepada manusia), dan isyriqot (pemberian cahaya kepada manusia) Ia menginginkan jasad manusia berada di dalam keadaan yang siap untuk menerima makna-makna ketuhanan ini.
Oleh karenanya, Allah sudah memiliki rumah yang menjadi arah qiblat yang dituju oleh semua orang, orang-orang membutuhkan arah untuk dituju yaitu Ka’bah. Baik ketika manusia berada di dalam Masjidil Haram atau berada di luarnya, harus menghadap ke sana ketika melaksanakan sholat.
Akan tetapi, terdapat perbedaan yang mendasar antara sholat/menghadap Allah yang dilaksanakan di masjid dan dilaksanakan di samping Ka’bah. Seseorang yang melaksanakan ibadah di samping Ka’bah itu lebih memiliki kualitas ibadah yang lebih baik.
Karena Allah telah menentukan bahwa Rumahnya Allah adalah Ka’bah, sehingga, melaksanakan ibadah di sampingnya, kualitasnya tidak sama dengan melaksanakan ibadah di tempat-tempat lain. Sehingga, wajar jika Allah melipat gandakan sholat –bahkan satu rokaat- di masjidil haram seratus ribu kali lipat dengan sholat atau rokaat yang berada di luar Masjidil Haram.
Karena di dalam masjidil Haram, terdapat Ka’bah yaitu tempat yang sudah Allah siapkan untuk menerima kedekatan-kedekatan maknawi kepada Allah swt.
7 kali putaran Thawaf menyimbolkan lapisan bumi dan lapisan langit