Penghidupan Dalam Perspektif Al Quran

Al Quran sebagai pedomam kehidupan umat Islam. Baik kehidupan duniawi atau ukhrowi. Mengatur bagaimana ia dapat memenuhi hak-hak Allah dengan menerapkan patokan-patokan yang telah ditentukan di dalamnya. Manusia hidup dengan segala suka duka. Karena terkadang kehidupannya tercukupi atau sebaliknya. Manusia juga diperintahkan untuk “Fantasyiru fil Ardh” (menyebarlah kalian ke bumi) semata-mata untuk memenuhi segala macam kehidupannya. Dengan kata lain, manusia diperintahkan untuk mencari penghidupan.

Allah hanya menuntut manusia untuk berikhtiar dalam mencari penghidupan; karena pada hakikatnya rizki, umur, jodoh dan ajal hanya Allah yang mengetahui batasannya. Dan manusia hanya berikhtiyar untuk menjadi seorang yang dekat dengan sang pencipta. Dan itulah tujuan penciptaan manusia sebagai bentuk ibadah kepada-Nya. Oleh karenanya, kita membutuhkan Syukur kepada Allah baik dalam keadaan senang atau bahagia, kaya atau miskin, berpangkat atau melarat. Karena itu semua ialah cobaan bagi manusia akan keimanan yang ia miliki.

Allah swt berfirman di dalam ayat-Nya:

ولقد مكناكم في الأرض وجعلنا لكم فيها معايش فقليلا ما تشكرون

(Dan telah kami tempatkan kalian di bumi, telah kami bagi penghidupan-penghidupan kalian. Namun kalian sedikit sekali mensyukurinya) (Al A’rof: 10)

Di dalam ayat ini, Allah menggambarkan fenomena yang terjadi di kalangan manusia. Bahwa manusia adalah makhluk yang sedikit bersyukur. Hawa nafsu selalu memicu segala perbuatan yang tidak diridhoi-Nya. Penghidupan manusia sudah dibagi kepada masing-masing individu secara detail mulai dari lahir sampai meninggalkan bumi yang fana ini. Sehingga tidak mensyukuri atas segala penghidupan ialah cerminan buruk untuk manusia. Dan harus ada upaya untuk memperbaikinya.

Sebenarnya segala nikmat yang Allah berikan kepada manusia bertujuan untuk memanfaatkannya, dan tidak dimiliki. Karena kepemilikan tidak menjadi tujuan utama dari penciptaan kenikmatan-kenikmatan itu, sebagaimana penafsiran Muhammad Abduh. Ia melanjutkan bahwa wujud dari syukurnya manusia kepada sang pencipta, tertanam dalam tiga hal: (1) mengetahui bahwa apa yang kita dapat itu merupakan nikmat Allah dan mengakui bahwa Allah-lah yang mengkaruniai segala kenikmatan. (2) memuji dan bersyukur atas hal itu semua. Dan yang ke (3) ialah memanfaatkan dan menggunakannya untuk mendapatkan keridhoan dan kecintaan Allah (Tafsir Al Manar 8/327).

Sehingga, minimal kita harus mengingat-ingat bahwa kehidupan kita semata-mata hanya milik Allah. Dan apa yang di tangan kita hanyalah titipan semata. Ialah bayangan yang semakin dikejar semakin lari. Bukan?

Serang, 14 November 2017

Leave a Comment

Start typing and press Enter to search