Sarana Umrah – Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai Bangsa dan Negaranya. Menjadikan tanah kelahirannya adalah tanah air yang harus dipertahankan. Sehingga banyak ulama mengungkapkan bahwa “Hubbul wathon minal iman” (cinta tanah air merupakan sebahagian dari iman).
Walupun statmen tersebut bukanlah sebuah hadist, tetapi ucapan ulama. Hanya saja maknanya sah dan dibenarkan, baik jika ditafsirkan dengan surga, atau dengan tanah kelahiran. Sebagaimana Imam Al Ashma’i menyatakan:
سمعت أعرابيا يقول: إذا أردت أن تعرف الرجل فانظر كيف تحننه إلى أوطانه، وتشوقه إلى إخوانه
“Aku mendengar seorang badui berkata: jika kau ingin mengenal (kepribadian) seseorang, maka lihatlah bagaimana simpatinya kepada tanah airnya, dan kerinduannya kepada sahabat-sahabatnya” [Al Maqosid Al Hasanah, Syamsyuddin Al Sakhowi, hlm 297].
Hadrotus Syeh KH. Hasyim Asy’ari -sebagai pendiri NU dan pelopor utama gerakan Resolusi Jihad untuk membela tanah Air Indonesia-, juga pada masa-masa sebelumnya sangat-sangat menamkan nilai-nilai kebangsaan kepada semua santrinya. Sebagai penulis yang produktif, dapat dijumpai pemikiran-pemikiran beliau. Baik dalam fiqih, tasawwuf, akidah, akhlak, hadist, atau yang lainnya.
Beliau mengajak kepada semua kalangan untuk bergabung dengan NU sekaligus menguraikan kenapa harus ber-NU. Penulis kutipkan dari Muqoddimah Qonun Asasi, beliau menyatakan:
فهلموا كلكم ومن تبعكم جميعا من الفقراء والأغنياء والضعفاء والأقوياء إلى هذه الجمعية المباركة الموسومة بجمعية نهضة العلماء، وادخلوها بالمحبة والوداد، والألفة والاتحاد، والاتصال بأرواح وأجساد؛ فإنّها جمعية عدل وأمان وإصلاح وإحسان، وإنّها حلوة بأفواه الأخيار وغصّة على غلاصم الأشرار. وعليكم بالتناصح في ذلك وحسن التعاون على ما هنالك بموعظة شافية ودعوة متلافية وحجّة قاضية.
“Kemarilah kalian semuanya, baik dari orang miskin dan kaya, lemah dan kuat ke Organisasi yang penuh dengan keberkahan ini, yang bernama Organisasi Nahdlatul Ulama (kebangkitan para ulama). Masuklah kalian ke dalamnya dengan cinta dan kasih, kasing sayang dan persatuan, berkesinambungan antara ruh dan jasad; karena ia adalah organisasi keadilan, keamanan, pembenahan, dan perbaikan.
Ia terasa manis di dalam penuturan orang-orang yang baik, ialah penghalang bagi keburukan orang-orang yang buruk. Dan wajib atas kalian untuk saling tolong menolong dengan (cara yang) baik atas urusan itu semua dengan nasehat yang menjadi pengobat, ajakan yang memperbaiki, dan argumentasi yang memutuskan (perselisihan).” [Muqoddimah Al Qanun Al Asasi, KH Hasyim Asy’ari, hlm 25].
Begitu nyata bagaimana nilai-nilai dari organisasi yang beliau dirikan ini (NU) bertujuan untuk kepentingan bangsa dan negara, dan umat Islam. Beliau menamkan cinta kasih, kasih sayang kepada sesama, saling mengisi dan saling menasehati. Dan yang lebih penting lagi ialah rasa persatuan dan kesatuan yang diibaratkan seperti bersatunya ruh dan jasad.
Itu semua dalam rangka terciptanya negara yang aman dari segala konflik, pertikaian dan perseteruan yang berkepanjangan. Karena itu semua adalah sebab utama hancurnya kehidupan manusia dan robohnya kekokohan negara. Sehingga, jika kekokohannya hilang, maka dipastikan negara tersebut akan binasa. Beliau mengingatkan betapa urgennya hal itu:
فالتعاون هو الذي عليه مدار نظام الأمم؛ إذ لولاه لتقاعدت العزائم والهمم، لاعتقاد العجز عن مطاردة العوادي، فمن تعاونت فيه دنياه وآخرته، فقد كملت سعادته وطابت حياته وهنئت معيشته
“Saling tolong menolong ialah yang menjadi barometer sistem (kehidupan) umat manusia; karena jika ia tidak ada maka kekuatan dan semangat akan luntur; karena mayakini (adanya) kelemahan (di dalam dirinya) untuk mengusir musuh. Barang siapa yang dunia dan akhiratnya saling mengisi, maka kebahagiaannya akan sempurna, dan kehidupannya akan nyaman dan tenang” [Muqoddimah AL Qanun Al Asasi, KH Hasyim Asy’ari, hlm 26].
Begitu banyak manfaat dan hikmah dari tulisan-tulisan beliau, terutama dalam menekanankan nilai-nilai persatuan, kesatuan, saling mengisi, saling tolong menolong, kebersamaan, dan kasih sayang. Dan itu semua adalah hal-hal yang sangat mendasarkan sangat urgen ditanamkan kepada seluruh bangsa dan negara Indonesia.
Tidak hanya dalam ruang lingkup organisasi tetapi dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi. Yaitu bangsa dan negara Indonesia. Sehingga, nilai-nilai tersebut harus ditanakan dalam-dalam kepada semua rakyat dan bangsa Indonesia.
Kalaupun jika terdapat kesalahan saudara kita, maka tugas kita adalah mengingatkan dengan santun, sopan, dan tidak menyinggung. Itu senada dengan ajaran-ajaran Rasulullah saw yang disampaikan kepada umatnya.
Sudah terlalu banyak bukti betapa kuatnya nilai-nilai kebangsaan dalam pemikiran KH Muhammad Hasyim Asy’ari, yang seharusnya kita gali, gali dan gali. Namun sayang, banyak yang mengaku sebagai pengikut beliau namun masih malas untuk mengaji, mengkaji, mempelajari dan meneliti karya-karya, pemikiran-pemikiran serta sejarah kehidupan beliau.
Kita perlu mengingatkan bahwa karya-karya yang beliau hasilkan merupakan pondasi-pondasi utama dalam meraih kesuksesan, bukan hanya kesuksesan dalam beragama tetapi juga kesuksesan dalam berbangsa dan bernegara.
Ditulis oleh: Abdul Aziz Jazuli. LC